Rabu, 10 Oktober 2012

kebakaran hutan



Kebakaran hutan.
Penyebab kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak negatif yang cukup dahsyat. Dampak kebakaran hutan diantaranya menimbulkan asap yang mengganggu aktifitas  kehidupan manusia, antara lain mewabahnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada masyarakat, dan menganggu sistem transportasi yang berdampak sampai ke negara tetangga. Dampak yang paling besar adalah musnahnya plasma nutfah yang berakibat pada kerusakan ekosistem lingkungan, serta mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hutan yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak kerugian.
Hutan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, sehingga hutan perlu diselamatkan dari bahaya kebakaran. Dalam upaya pencegahan kebakaran hutan, yang perlu dikenali diantaranya unsur penyebabnya yaitu panas, bahan bakar dan oksigen. Karena kebakaran hutan terjadi bila ketiga unsur di atas saling bertemu. Jika salah satu dari ketiga unsur ini tidak ada, maka kebakaran hutan tidak akan terjadi.
Panas
Panas merupakan suatu keadaan yang bersuhu relatif tinggi. Dalam peristiwa kebakaran hutan, unsur ini sangat berperan terutama pada musim kemarau yang terjadi setiap tahun. Hampir seluruh wilayah di Indonesia, mengalami musim kemarau yang terjadi pada bulan-bulan tertentu. Di beberapa daerah seperti di Nusa Tenggara Timur dan Papua, musim kemarau yang terjadi umumnya lebih panjang di banding dengan daerah lainnya di Indonesia. Dengan kondisi demikian, maka kemungkinan terjadinya kebakaran hutan menjadi lebih besar ketika unsur ini bertemu dengan unsur lainnya, yaitu bahan bakar dan oksigen.
Hal yang terkait erat dengan panas adalah sumber api. Secara umum, disepakati bahwa 90% sumber api yang mengakibatkan kebakaran hutan bersumber dari manusia, sedangkan sisanya bersumber dari faktor lainnya. Sumber api yang berasal dari manusia, baik yang secara sengaja membersihkan lahan perkebunannya dengan menggunakan jasa api, maupun aktifitas lain yang tidak disengaja seperti api dari kareta api, pekerja hutan pengunjung objek wisata hutan, obor, puntung rokok, perkemahan, dapur arang.
Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan unsur yang paling dominan penyebab terjadinya kebakaran hutan. Dalam peristiwa kebakaran hutan, bahan bakar yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran adalah serasah hutan. Serasah hutan adalah tumpukan daun-daun kering, ranting-ranting, dan sisa-sisa vegetasi lainnya yang ada di atas lantai hutan. Tebal dan tipisnya serasah hutan berpengaruh pada besar dan kecilnya kebakaran hutan yang terjadi. Seperti di Taman Nasional Wasur – Papua, kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya relatif kecil karena serasah hutan yang menjadi bahan bakar berukuran tipis. Berbeda dengan kebakaran hutan yang biasa terjadi di Kalimantan dan Sumatera yang umumnya dikategorikan sebagai kebakaran hutan yang besar. Hal ini disebabkan karena kebakaran terjadi pada lokasi yang bergambut atau pada areal dengan serasah hutan yang tebal di bekas tebangan.
Ketebalan serasah hutan pada setiap tipe hutan berbeda-beda. Pada hutan primer, serasah di lantai hutan tipe ini tipis. Pada hutan ini juga, tutupan tajuk mendekati seratus persen, sehingga sinar matahari hampir tidak sampai menyinari lantai hutan, menyebabkan tingkat kelembaban tinggi dan suhu menjadi rendah. Karena kondisi seperti ini, pada hutan ini jarang terjadi kebakaran hutan.
Pada hutan gambut, bahan yang menyebabkan terjadinya kebakaran adalah gambut itu sendiri, yang terletak di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau yang panjang, lapisan gambut yang tebalnya dapat mencapai puluhan centimeter menjadi kering dan mudah terbakar. Karena api merambat di bawah permukaan tanah, kebakaran yang terjadi pada tipe hutan ini akan susah dipadamkan.
Pada areal bekas tebangan, serasah hutan menumpuk sangat tebal. Hal ini disebabkan, dari setiap batang pohon yang ditebang, hanya log hingga cabang besar pertama yang diambil. Selebihnya termasuk cabang-cabang yang kecl; ranting-ranting dan daun-daun ditinggal di dalam hutan. Disamping itu, setiap pohon besar yang ditebang akan menimpa dan menumbangkan pohon-pohon kecil di sekitarnya, yang akan mengakibatkan penumpukan serasah hutan yang sangat tebal. Dengan kondisi seperti ini, kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau panjang akan susah untuk dipadamkan.
Pada areal tanaman yang penutupan tajuknya belum mencapai seratus persen, terdapat bahan yang mudah terbakar berupa alang-alang dan semak belukar  lainnya. Resiko terjadinya kebakaran hutan di areal ini cukup tinggi, karena suhu di lantai hutan ini mudah naik.
Pada padang alang-alang dan semak belukar, serasah di areal ini mudah terbakar sekalipun bukan pada musim kemarau panjang. Tetapi karena bahan bakarnya tidak banyak, kebakaran yang terjadi tidak terlalu besar.
Oksigen
Oksigen adalah zat ringan yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Keberadaannya sangat melimpah di alam semesta, dan diperlukan untuk segala macam kehidupan. Dalam peristiwa kebakaran hutan, oksigen berperan dalam mendukung proses pembakaran. Hal ini terjadi apabila nyala api mendapatkan pasokan oksigen yang cukup, maka nyala api akan menjadi lama dan besar. Sebaliknya apabila nyala api tidak memperoleh jumlah kadar oksigen yang mencukupi, maka api akan padam. Untuk itu, prinsip yang biasa dilakukan dalam upaya pemadaman adalah dengan mengisolasi oksigen dari nyala api.
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang paling besar dan bersifat dan bersifat sangat merugikan. Perbaikan kerusakan hutan akibat kebakaran memerlukan waktu yang lama, terlebih lagi untuk mengembalikannya menjadi hutan kembali. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat menyebabkan kebakaran huta seperti berikut ini.
  1. Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api (hotspot) cukup tinggi terutama lahan gambut di musim panas dan kemarau yang berkepanjangan.
  2. Dilarang membuka ladang atau lahan pertanian dengan cara membakar hutan.
  3. Dilarang meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
  4. Tidak membuat arang di hutan.
  5. Tidak membuang puntung rokok sembarangan di dalam hutan.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi kemungkinan atau terjadinya kebakaran hutan.
  1. Membuat menara pengamat yang tinggi berikut alat telekomunikasi.
  2. Melakukan patroli keliling hutan secara rutin untuk mengatasi kemungkinan kebakaran.
  3. Menyediakan sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.
  4. Melakukan pemotretan citra secara berkala, terutama di musim kemarau untuk memantau wilayah hutan dnegan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan kebakaran.
Apabila terjadi kebakaran hutan maka cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pemadaman kebakaran hutan adalah sebagai berikut.
  1. Melakukan penyemprotan air secara langsung apabila kebakaran hutan bersekala kecil.
  2. Jika api dari kebakaran bersekala luas dan besar, kita dapat melokalisasi api dengan membakar daerah sekitar kebakaran dan mengarahkan api ke pusat pembakaran, yaitu umumnya dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api seperti sungai, danau, jalan, dan puncak bukit.
  3. Melakukan penyemprotan air secara merata dari udara dengna menggunakan helikopter atau pesawat udara.
  4. Membuang hujan buatan.

hutan gundul


Akibat hutan gundul.

Planet Bumi merupakan salah satu bagian yang kecil dari alam raya, alam semesta, jagat raya, kosmologi atau universe. dan Indonesia merupakan bagian yang kecil dari Planet Bumi atau dunia.
Indonesia merupakan sekumpulan pulau (lebih dari 17.000) yang terhampar di antara Benua Asia dan Australia, dan di antara Samudera Pasifik dan Hindia. Begitu unik posisi Indonesia pada permukaan Planet Bumi, tepat berada di sekitar garis khatulistiwa, garis fiktif yang membagi sama belahan bumi dengan arah horijontal.
Indonesia berada pada posisi tengah-tengahnya Planet Bumi, ditambah keberadaan hutan tropisnya, maka Indonesia berperan sebagai “paru-paru-nya” Planet Bumi. Ya, Indonesia adalah gudang oksigennya Planet Bumi. 
Beragam vegetasi menyelimuti permukaan Indonesia. Vegetasi umumnya berdaun dan memiliki klorofil atau zat hijau daun. Kontribusi klorofil terhadap kelangsungan kehidupan di Planet Bumi cukup besar. Klorofil merupakan tempat pembentukan karbohidrat (sumber makanan) dan oksigen, dengan bahan baku air (yang diambil dari dalam tanah melalui akar) dan karbodioksida (yang diambil dari atmosfir), dengan menggunakan sumber energi matahari. Keseluruh rangkaian proses disebut fotosintesis.
Pada mulanya di Planet Bumi tidak ada kehidupan, hal berlangsung sekitar 1.000 juta tahun. Bumi hanya merupa bola pijar yang sangat panas, dengan suhu atmosfir yang sangat tinggi.  Usia Bumi diperkirakan  telah mencapai 3.000 juta tahun. Sedangkan kehidupan di Bumi diperkirakan mulai berlangsung 2.000 juta tahun yang lalu. Air memegang peranan yang sangat penting pada awal kemunculan kehidupan, karena di dasar samudera mulai terbentuk mahluk sederhana dalam bentuk molekul organik yang mengandung klorofil.
Melalui klorofil terjadilah proses fotosintesis yang pertama. Kemudian seiring dengan pertambahan waktu, munculah tumbuhan berklorofil yang paling sederhana. Secara perlahan namun pasti konsentrasi karbondioksida di atmosfer terus berkurang, karena dimanfaatkan klorofil. Di sisi lainnya konsentrasi oksigen pun terus meningkat. Sehingga kondisi saat ini konsentrasi karbondioksida tinggal 0,03 persen, sedangkan oksigen 21 persen. Bandingkan dengan kondisi pada saat di Bumi belum ada kehidupan, karbondioksida mencapai 98 persen, dan oksigen sangat rendah.
Dengan makin meningkatnya kadar oksigen di atmosfir, maka terbentuklah lapisan ozon. Lapisan ozon menyelimuti Bumi sehingga sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar ultra violet – UV)  bisa dipantulkan kembali ke luar angkasa. Sinar UV berpotensi mematikan beragam kehidupan di Bumi.
Dengan makin tebalnya lapisan ozon, maka keberadaan mahluk hidup pun berangsur-angsur berkembang, tidak hanya di dasar samudera, tetapi juga di seluruh kedalaman perairan, di permukaan laut, daratan sampai ke puncak pegunungan. Jenis mahluk hidup pun makin beragam, bermula dari yang ber-sel tunggal sampai yang ber-sel majemuk. Tidak hanya flora saja tetapi juga fauna, mulai menyebar ke seluruh pelosok permukaan Bumi.
Adanya aktivitas klorofil yang ada pada daun tumbuhan, menyebabkan permukaan Bumi menjadi kaya oksigen dan suhu Bumi menjadi rata-rata 13 derajat Celsius. Bayangkan, jika tidak ada tumbuhan maka oksigen menjadi sangat sedikit, dan suhu permukaan Bumi akan mencapai sekitar 290 derajat Celsius. Tidak ada mahluk hidup yang akan bertahan pada suhu setinggi itu, sebagaimana di Planet Venus yang memiliki suhu rata-rata 477 derajat Celsius.
Dari paparan tersebut, menjadi lebih dipahami betapa pentingnya peran tumbuh-timbuhan dalam keberlangsungan kehidupan di Bumi.
Ternyata tanah Indonesia merupakan tanah yang paling subur, terdapat beragan tumbuhan atau vegetasi, tersebar mulai dari dasar samudera, kedalaman lautan, permukaan laut, pesisir, muara, daratan rendah, dataran menengah, dataran tinggi dampai pegunungan.  Tumbuhan, vegetasi atau flora sebagai gudangnya klorofil lebih terkonsentrasi di ekosistem hutan.
Hutan merupakan tempat berhimpunnya beragam flora dan fauna. Hutan tropis memiliki keistimewaan tersendiri, antara lain terdapat cadangan plasma nuftah atau keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Sebenarnya luas daratan Indonesia hanya 1,3 persen dari luas daratan di permukaan bumi. Namun hutan Indonesia menyimpan  11 persen spesies tumbuhan yang terdapat di permukaan bumi. Di hutan Indonesia pun terdapat 10 persen spesies mamalia dan 16 persen spesies burung.
Namun ternyata hutan di Indonesia terus ditelanjangi. Jika pada tahun 1950, sekitar 84 persen atau sekitar 162 juta hektar  daratan Indonesia diselimuti hutan, kemudian tahun 1985 luas tutupan hutan tinggal sekitar 119 juta hektar (menyusut 27 persen disbanding tahun 1950). Kemudian pada tahun 1997, World Resource Institue (WRI) mengungkapkan, bahwa Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia telah membuat  Penetapan Kawasan Hutan, tahun  1950 mencapai 162,0 juta hektar;  1992 mencapai 118,7 juta hektar;  2003 sekitar 110,0 juta hektar; dan  2005 tersisa 93,9 juta. Tahun 2011 ini tentu lebih menyusut lagi.
Hutan asli atau hutan “perawan” di Indonesia memang keberadaannya makin langka. Eksploitasi dan penjarahan hutan terjadi setiap saat, baik secara formal maupun nonformal, legal maupun illegal, serentak terjadi di seluruh pulau.
Sebenarnya “menelanjangi” hutan adalah langkah bunuh diri. Tanpa disadarinya manusia telah membuat kehancuran secara permanen, tidak hanya untuk ekosistem Indonesia, tetapi untuk seluruh Bumi. Penyusutan luas hutan sama artinya dengan mengurangi jumlah vegetasi secara sistematis. Dengan demikian gudang-gudang klorofil yang memproduksi oksigen dan menyerap karbondoiksida itu mulai dilenyapkan.
Ancaman serius pul sulit terhindarkan, kelangkaan oksigen dan pemanasan global. Saat itu makin terasa, bahwa suhu di sekitar tempat tinggal kita, di mana pun, umumnya meningkat. Ya, lapisan ozon yang proses pembentukannya mencapai ribuan juta tahun, terus mengalami kebocoran. Tak lain akibat sikap dan perilaku milyaran manusia, yang masih boros dalam memanfaatkan sumberdaya alam, termasuk hutan dan energy fosil.
Oleh sebab itu, jangan biarkan hutan Indonesia makin “telanjang”, mari bersama-sama menyelamatkan keberadaan vegetasi, hutan dan Bumi kita. (Atep Afia).
Sekilas tentang hutan
Hutan adalah merupakan salah satu yang membuat alam ini tetap stabil terhadap perubahan-perubahan keadaan tanah, lingkungan,cuaca, iklim susunan gas dll.Belum lagi hutan yang didalamnya terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan, hewan merupakan satu kesatuan makhluk hidup yang membuat semuanya menjadi tetap seimbang, bahkan terhadap keamanan dan kenyamanan manusia sebagai pemanfaat hasil dari hutan dan isinya.Banyak kejadian yang sering terjadi akibat dari cara dari pengurusan dan pengolahan hutan yang tidak baik Contohnya Gempa,Longsor, banjir, cuaca, iklim yang tidak tentu dan banyak hal yang sering kita lihat dalam Kehidupan kita.Kita mengenal hutan saat ini ada beberapa jenis antara lain :
A. Hutan alami
B. Hutan buatan
Pada dasarnya semua hutan bagaimanapun bentuk dan jenisnya tetap sama karena semuanya mempengaruhi keseimbangan alam dan lingkungan, Hanya saja kita membaginya untuk mengetahui fungsi dan manfaat secara jelas dan nyata. Kita tahu bahwa dihutan itu banyak tumbuhan yang secara langsung memasok oksigen bagi kehidupan seluruh makhluk hidup dimuka bumi ini, kita tahu pula bahwa oksigen itu merupakan udara yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup termasuk kita, kita semua tergantung pada hutan,hutan pun bisa menyerap Karbondioksida (CO2 ) sehingga susunan gas didalam atmosfer tetap seimbang, jika hutan dibakar atau ditebang karbondioksida itu tidak akan terserap hingga akan mengakibatkan perubahan iklim didunia ini menjadi panas, kita secara tidak langsung telah merasakn perubahancuaca dikota-kota besar dan terasa udaranya sangat panas. bayangkan umpama di dunia ini hutan sudah habis ! kemana kita mencari pemasok oksigen untuk kehidupan?apalagi yang akan menyerap karbondioksida (CO2)?
Banyak hal yang perlu kita ketahui dari manfaat hutan selain yang telah digambarkan secara umum diatas.
KENALI HUTAN DISEKITAR KITA
Sering kali kita melihat hutan baik itu yang masih segar ataupun sisa-sisa perambahan disekitar kita ataupun kita sengaja pergi untuk melepaskan penat kita, dan kita selalu pergi kemana yang ada banyak pohon, tumbuh-tumbuhan dll.Kita pergi ketempat yang seprti itu agar kita bisa merasakan kesegaran udaranya, ketenangan suasananya, hingga membuat kita melupakan segala bentuk keletihan pada diri kita.
Mungkin saat ini sudah tidak banyak lagi daerah yang mempunyai keadaan hutan yang baik, karena banyak hal yang membuat hutan itu tidak baik diantaranya ; penebangan liar, pembakaran hutan baik yang sengaja ataupun tidak secara langsung bertujuan membakara hutan. Dengan dalih apapun kita tidak bisa melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pengrusakan hutan baik itu ekonomi dll.
Kita bisa mulai menjaga dan memelihara hutan yang ada disekitar kita, dengan cara mengenali fungsi, manfaat, kegunaan, hingga efek atau akibat yang ditimbulkan jika hutan ataupu pohon dan tumbuhan lain yang ada didalamnya habis atau gundul.Lihatlah disekitar kita kita mungkin berpikir sesuai dengan kemajuan zaman simple, efektif, cepat dan singkat , bahwa kita serasa tidak mempunyai hubungan secara langsung denga alam sekitar kita . Coba kita teliti lebih lanjut tentang keadaan sekitar kita . Jika kita berada dekat dengan pohon atau tumbuhan lain terada udara itu segar rasakanlah ! nah, itu karena pohon itu menghasilkan O2 atau yang lebih kita kenal dengan Oksigen, Yakni udara yang dibutuhkan mahluk hidup untuk bernafas. Pohon itu pun menyerap CO2 atau yang lebih kita kenal dengan Karbondioksida, yakni udara yang dikeluarkan

Kini jelas sekali hubungan kita dengan pohon itu , pohon memproduksi Oksigen ( hasil dari Fotosintesis) hingga kita bisa bernafas dengn leluasa dan pohonpun menyerap gas Karbondioksida yang kita lepaskan hingga mengakibatkan keadaan udara itu tetap seimbang, Bayangkan kalau tidak ada tumbuhan lagi yang bisa memprodusi Oksigen dan menyerap Karbondioksida bagaimana kita ? jangankan tidak ada tumbuhan keadaan hutan yang kritis dan tipis seperti sekarangpun kita sudah bisa merasakanya udara yang sangat panas. Kita sering melihat berita-berita di berbagai media baik itu elektronik atau cetak kejadian-kejadian yang menimpa daerah-daerah tertentu,atau kita pernah merasakan kejadian-kejadian seperti banjir, longsor, dll yang bisa mengakibatkan kerugian yang tiada tara besarnya bahkan nyawa.